Laman

Kamis, 06 April 2017

Ilmu Budaya Dasar dalam Kesusastraan

Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta ‘Sastra’, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Sastra adalah penjabaran abstraksi sedangkan abstraksi adalah cinta kasih, kebahagian, kebebasan dan lainnya yang digarap oleh filsafat.

Secara morfologis, kesusastraan dibentuk dari dua kata, yaitu su dan sastra dengan mendapat imbuhan ke-dan -an. Kata su berarti baik atau bagus, sastra berarti tulisan. Secara harfiah, kesusastraan dapat diartikan sebagai tulisan yang baik atau bagus, baik dari segi bahasa, bentuk, maupun isinya.

Pengertian kesusastraan adalah cabang seni yang menggunakan bahasa/adat istiadat sebagai medium. kesusastraan juga bisa disebut juga semua yang berkaitan dengan tulisan yang indah.

Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.

Sastra dibagi menjadi 2 yaitu Prosa dan Puisi, Prosa adalah karya sastra yang tidak terikat, sedangkan Puisi adalah karya sastra yang terikat dengan kaidah dan aturan tertentu. Contoh karya Sastra Puisi yaitu Puisi, Pantun,  dan Syair sedangkan contoh karya sastra Prosa yaitu Novel, Cerita/Cerpen, dan Drama.

Ilmu budaya dasar sangat erat hubungannya dengan masalah sastra dan seni, karena materi-materi yang diulas oleh ilmu budaya dasar ada yang berkaitan dengan sastra dan seni. Budaya Indonesia sangat menunjukkan adanya sastra dan seni didalamnya. 

Contoh studi kasus:

Seniman Ingin Anak Muda Tak Tinggalkan Karya Sastra

DEPOK - Seiring dengan perkembangan zaman, karya sastra mulai ditinggalkan generasi muda. Padahal, Indonesia adalah negara yang kaya budaya dan tradisi.

Masyarakat urban lebih suka menonton film, mendegarkan musik internasional dan membaca novel ketimbang mencintai karya sastra. Melihat fenomena ini, sastrawan yang tergabung dalam anggota Mitra Praja Utama (MPU) bekerja sama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Provinsi DKI Jakarta menggelar acara Temu Sastrawan yang diadakan rutin setiap tahunnya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta Arie Budiman mengatakan, acara budaya semacam ini harus terus dilakukan dan kita sebanagi masayarakat harus ikut mengapresiasi acara ini agar karya sastawan kita bisa dikenal lebih luas lagi.

"Tujuan kita membuat acara ini untuk memperkenalkan puisi dan cerpen kepada masyarakat luas dan kita berharap membaca karya sastra bisa dibuat menjadi gaya hidup dan untuk para sastrawan acara ini menjadi wadah untuk tampil dan berbagai imformasi dengan sastrawan lainnya," katanya, Senin 13 Oktober 2014.

Acara ini diisi oleh berbagai kegiatan seni seperti, Seminar, Workshop dan ditutup dengan pementasan karya sastra dari perwakilan provinsi yang tergabung dalam MPU. Hasil acara Temu Sastrawan ini akan dihasilkan satu buku yang berisi kumpulan karya yang terdiri dari cerpen dan puisi hasil karya para Sastrawan dari anggota MPU.

"Tahun ini kita didukung oleh satu penerbit yang mau memberikan kesempatan kepada sastrawan untuk mengabadikan karya mereka, buku ini dibagikan secara gratis kepada masyarakat yang datang ke acara ini. Semoga kedepanya akan ada banyak penerbit yang ikut mendukung acara temu sasatrawan ini agar lebih banyak lagi buku yang akan tercetak," harapnya.

Dia berharap, dengan adanya acara ini bisa berdampak baik bagi seniman muda untuk terus berkarya dan berpikir kritis. Hal itu guna melahirkan karya yang indah. 


Opini:
Sastra memberikan banyak manfaat baik dalam segi ilmu pengetahuan maupun manfaat nyata dari ilmu pengetahuan tersebut dan sastra juga banyak mengandung nilai-nilai moral dalam kehidupan.

Dalam contoh studi kasus diatas dapat disimpulkan, seiring berjalannya waktu, sastra semakin ditinggalkan. Walaupun pada kenyataannya sastra memberikan manfaat yang baik dan mempunyai pengaruh dalam kehidupan.

Sastra harus diperkenalkan dan diajari kepada pelajar Indonesia agar kedepannya para pelajar atau generasi muda dapat memperoleh manfaat yang baik dari belajar sastra. Dan juga agar karya sastra di Indonesia dapat dilestarikan dengan baik dan tidak dilupakan oleh generasi generasi muda.

Referensi:

1 komentar: