Laman

Kamis, 06 April 2017

Studi Kasus Manusia dan Kebudayaan

Manusia

Manusia secara bahasa berasal dari kata “manu” (Sanskerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir berakal budi atau makhluk yang berakal budi. Secara istilah manusia diartikan sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok atau seorang individu.

Dilihat dari beberapa segi, manusia memegang peranan yang penting dalam bumi ini. Dalam ilmu eksakta, manusia dipandang sebagai kumpulan dari partikel-partikel atom yang membentuk jaringan-jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia (ilmu kimia), manusia merupakan makhluk biologis yang tergolong dalam golongan mamalia (ilmu biologi), manusia merupakan kumpulan dari berbagai sistem fisik yang saling terkait satu sama lain dan merupakan kumpulan dari energi (ilmu fisika).

Dalam ilmu-ilmu sosial manusia merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan, sering disebut homo economicus (ilmu ekonomi), manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri (ilmu sosiologi), makhluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik) makhlus yang berbudaya, sering disebut homo-humanus (filsafat).

Kebudayaan

Kebudayaan atau budaya berasal dari bahasa sansekerta yaitu “buddhayah”, dimana merupakan  bentuk jamak dari “buddhi” yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Kebudayaan mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislow Malinowski berpendapat bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah yang digunakan untuk pendapat tersebut adalah Cultular-Determinism.

Kebudayaan adalah sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Perwujudan kebudayaan bisa berupa benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, bisa berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata.

Hubungan antara manusia dan kebudayaan secara sederhana adalah manusia sebagai perilaku kebudayaan sedangkan kebudayaan merupakan objek yang dilaksanakan manusia. Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, dimana walaupun antara manusia dan kebudayaan berebeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia yang menciptakan kebudayaan dan kebudayaan itu sendiri yang mengatur hidup manusia setelah kebudayaan itu tercipta. Berarti manusia dan kebudayaan merupakan suatu satu kesatuan.

Contoh studi kasus:

Keris Sebagai Identitas Budaya Nasional Patut Dilestarikan



Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mengatakan bahwa keris adalah pusaka nusantara dan bagian dari identitas budaya nasional, sehingga kegiatan pelestarian maupun pengembangannya perlu dipertahankan.

“Keris sudah diakui warisan agung budaya dunia, ini merupakan pengakuan pertama terhadap budaya asli Indonesia kemudian disusul pengukuhan terhadap batik dan wayang, sehingga perlu dipertahankan,” ujar Fadli yang juga selaku Ketua Umum Serikat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI) saat membuka Rapat Kerja SNKI di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (16/03/2017).

Dalam sambutannya, Fadli menyampaikan budaya keris merentang mulai dari barat hingga ke timur Nusantara. Menurutnya, hal itu menandakan bahwa keris merupakan salah satu warisan kebudayaan yang berakar kuat di dalam tradisi masyarakat Indonesia.

Budaya, lanjutnya, adalah elemen penting pembentukkan karakter, sekaligus menjadi identitas yang membedakan satu komunitas atau bangsa dari komunitas atau bangsa lainnya. Tanpa budaya, orang tidak memiliki identitas. “Itu sebabnya, kita harus melestarikan dan mengembangkan kebudayaan, termasuk keris ini,” jelasnya.

Lebih lanjut, politisi dari F-Gerindra itu mengutarakan keris sebagai identitas budaya nasional telah menjadi bagian dari ekonomi kreatif, terutama di panggung diplomasi. Dalam praktek diplomasi kita, saat ini keris telah menjadi salah satu cenderamata dalam kegiatan diplomasi kenegaraan.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum SNKI Al-Fitrah Salam mendorong SNKI terus melakukan gebrakan untuk mempertahankan eksistensi keris di UNESCO. Sisi lain, ia juga berharap posisi keris didudukkan sebagai budaya bangsa, tidak dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat mistis.

“Ini yang harus kita dudukkan bersama, bahwa keris adalah budaya dunia dan warisan yang paling tua. Bukan sebagai klenik, dukun, atau hal-hal mistis lainnya, sehingga keris tidak dipersepsikan salah oleh generasi muda,” harapnya.

Sebelumnya, DPR bekerjasama dengan SNKI meggelar pameran keris nasional di Komplek Parlemen Senayan. Pameran yang digelar dari tanggal 15-17 Maret 2017 ini mengambil tema “Pesona Keris Bali dan Lombok”.


Opini:

Dalam hubungan antara manusia dan kebudayaan, manusia sebagai perilaku kebudayaan sedangkan kebudayaan merupakan objek yang dilaksanakan. Perwujudan kebudayaan bisa berupa benda-benda yang bersifat nyata.

Dari studi kasus diatas didapat kesimpulan bahwa Negara Indonesia mempunyai beragam budaya yang unik yang harus dilestarikan. Salah satu perwujudan budaya Indonesia adalah keris. Budaya keris merupakan budaya Indonesia yang patut dilestarikan salah satunya dengan menjadikan Keris sebagai identitas nasional. Dengan adanya hal seperti itu, keris dapat sekaligus menjadi identitas yang membedakan satu komunitas atau bangsa dari komunitas atau bangsa lainnya. Tanpa budaya, orang tidak memiliki identitas, jadi setiap masyarakat Indonesia diharuskan untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Indonesia.

Karena keris merupakan kebudayaan Indonesia maka keris juga harus dilestarikan oleh masyarakat Indonesia itu sendiri. Karena manusia dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan kebudayaan mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat.

Referensi:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar