Manusia
Manusia
secara bahasa berasal dari kata “manu” (Sanskerta), “mens” (Latin), yang
berarti berpikir berakal budi atau makhluk yang berakal budi. Secara istilah
manusia diartikan sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok atau seorang
individu.
Dilihat
dari beberapa segi, manusia memegang peranan yang penting dalam bumi ini. Dalam
ilmu eksakta, manusia dipandang sebagai kumpulan dari partikel-partikel atom
yang membentuk jaringan-jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia (ilmu
kimia), manusia merupakan makhluk biologis yang tergolong dalam golongan
mamalia (ilmu biologi), manusia merupakan kumpulan dari berbagai sistem fisik
yang saling terkait satu sama lain dan merupakan kumpulan dari energi (ilmu
fisika).
Dalam
ilmu-ilmu sosial manusia merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan
atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan, sering disebut homo economicus
(ilmu ekonomi), manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri
(ilmu sosiologi), makhluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik)
makhlus yang berbudaya, sering disebut homo-humanus (filsafat).
Kebudayaan
Kebudayaan
atau budaya berasal dari bahasa sansekerta yaitu “buddhayah”, dimana
merupakan bentuk jamak dari “buddhi”
yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Kebudayaan mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat. Melville J.
Herskovits dan Bronislow Malinowski berpendapat bahwa segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Istilah yang digunakan untuk pendapat tersebut adalah
Cultular-Determinism.
Kebudayaan
adalah sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat
dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu
bersifat abstrak. Perwujudan kebudayaan bisa berupa benda-benda yang diciptakan
oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, bisa berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata.
Hubungan
antara manusia dan kebudayaan secara sederhana adalah manusia sebagai perilaku
kebudayaan sedangkan kebudayaan merupakan objek yang dilaksanakan manusia.
Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, dimana
walaupun antara manusia dan kebudayaan berebeda tetapi keduanya merupakan satu
kesatuan. Manusia yang menciptakan kebudayaan dan kebudayaan itu sendiri yang
mengatur hidup manusia setelah kebudayaan itu tercipta. Berarti manusia dan
kebudayaan merupakan suatu satu kesatuan.
Contoh
studi kasus:
Keris Sebagai Identitas Budaya Nasional Patut Dilestarikan
Liputan6.com, Jakarta Wakil
Ketua DPR RI Fadli Zon mengatakan bahwa keris adalah pusaka nusantara dan
bagian dari identitas budaya nasional, sehingga kegiatan pelestarian maupun
pengembangannya perlu dipertahankan.
“Keris sudah diakui warisan agung
budaya dunia, ini merupakan pengakuan pertama terhadap budaya asli Indonesia
kemudian disusul pengukuhan terhadap batik dan wayang, sehingga perlu
dipertahankan,” ujar Fadli yang juga selaku Ketua Umum Serikat Nasional
Perkerisan Indonesia (SNKI) saat membuka Rapat Kerja SNKI di Gedung DPR RI,
Senayan, Jakarta, Kamis (16/03/2017).
Dalam sambutannya, Fadli
menyampaikan budaya keris merentang mulai dari barat hingga ke timur Nusantara.
Menurutnya, hal itu menandakan bahwa keris merupakan salah satu warisan
kebudayaan yang berakar kuat di dalam tradisi masyarakat Indonesia.
Budaya, lanjutnya, adalah elemen
penting pembentukkan karakter, sekaligus menjadi identitas yang membedakan satu
komunitas atau bangsa dari komunitas atau bangsa lainnya. Tanpa budaya, orang
tidak memiliki identitas. “Itu sebabnya, kita harus melestarikan dan
mengembangkan kebudayaan, termasuk keris ini,” jelasnya.
Lebih lanjut, politisi dari
F-Gerindra itu mengutarakan keris sebagai identitas budaya nasional telah
menjadi bagian dari ekonomi kreatif, terutama di panggung diplomasi. Dalam
praktek diplomasi kita, saat ini keris telah menjadi salah satu cenderamata
dalam kegiatan diplomasi kenegaraan.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum SNKI
Al-Fitrah Salam mendorong SNKI terus melakukan gebrakan untuk mempertahankan
eksistensi keris di UNESCO. Sisi lain, ia juga berharap posisi keris didudukkan
sebagai budaya bangsa, tidak dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat mistis.
“Ini yang harus kita dudukkan
bersama, bahwa keris adalah budaya dunia dan warisan yang paling tua. Bukan
sebagai klenik, dukun, atau hal-hal mistis lainnya, sehingga keris tidak
dipersepsikan salah oleh generasi muda,” harapnya.
Sebelumnya, DPR bekerjasama dengan
SNKI meggelar pameran keris nasional di Komplek Parlemen Senayan. Pameran yang
digelar dari tanggal 15-17 Maret 2017 ini mengambil tema “Pesona Keris Bali dan
Lombok”.
Sumber: http://news.liputan6.com/read/2890687/keris-sebagai-identitas-budaya-nasional-patut-dilestarikan
Opini:
Dalam hubungan antara manusia dan
kebudayaan, manusia sebagai perilaku kebudayaan sedangkan kebudayaan merupakan
objek yang dilaksanakan. Perwujudan kebudayaan bisa berupa benda-benda yang
bersifat nyata.
Dari studi kasus diatas didapat
kesimpulan bahwa Negara Indonesia mempunyai beragam budaya yang unik yang harus
dilestarikan. Salah satu perwujudan budaya Indonesia adalah keris. Budaya keris
merupakan budaya Indonesia yang patut dilestarikan salah satunya dengan
menjadikan Keris sebagai identitas nasional. Dengan adanya hal seperti itu,
keris dapat sekaligus menjadi identitas yang membedakan satu komunitas atau
bangsa dari komunitas atau bangsa lainnya. Tanpa budaya, orang tidak memiliki
identitas, jadi setiap masyarakat Indonesia diharuskan untuk melestarikan dan
mengembangkan kebudayaan Indonesia.
Karena keris merupakan kebudayaan
Indonesia maka keris juga harus dilestarikan oleh masyarakat Indonesia itu
sendiri. Karena manusia dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dan kebudayaan mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat.
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar