Manusia yang hidup di bumi ini pasti
mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup mempunyai sifat yang kodrati. Pandangan
hidup adalah pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman,
arahan, dan petunjuk hidup di dunia. pendapat atau pertimbangan itu merupakan
hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat
hidupnya.
Pandangan hidup dapat diklasifikasikan
berdasarkan asalnya, yaitu:
- Pandangan hidup yang berasal dari agama, yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.
- Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.
- Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
Langkah-langkah berpandangan hidup yang baik:
Mengenal
Mengenal merupakan suatu kodrat
bagi manusia yaitu merupakan tahap pertama dari setiap aktivitas hidupnya yang dalam jal ini
mengenal apa itu pandangan hidup. Tentunya kita yakin dan sadar bahwa setiap
manusia itu pasti mempunyai pandangan hidup, maka kita dapat memastikan bahwa
pandangan hidup itu ada sejak manusia itu ada, dan bahkan hidup itu ada sebelum
manusia itu belum turun ke dunia.
Mengerti
Tahap kedua untuk berpandangan
hidup yang baik adalah mengerti. Mengerti disini dimaksudkan mengerti terhadap
pandangan hidup itu sendiri. Bila dalam bemegara kita berpandangan pada
Pancasila, maka dalam berpandangan hidup pada Pancasila kita hendaknya mengerti
apa Pancasila dan bagaimana mengatur kehidupan bemegara. Begitu juga bagi yang
berpandangan hidup pada agama Islam. Hendaknya kita mengerti apa itu Al-Qur’an,
Hadist dan ijmak itu dan bagaimana ketiganya itu mengatur kehidupan baik di
dunia maupun di akhirat.
Menghayati
Langkah selanjutnya setelah
mengerti pandangan hidup adalah menghayati pandangan hidup itu. Dengan
menghayati pandangan hidup kita memperoleh gambaran yang tepat dan benar
mengenai kebenaran pandangan hdiup itu sendiri. Menghayati disini
dapat diibaratkan menghayati nilai-nilai yang terkandung didalamnya, yaitu
dengan memperluas dan mernperdalam pengetahuan mengenai pandangan hidup itu
sendiri. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam rangka menghayati ini,
menganalisa hal-hal yang berhubungan dengan pandangan hidup, bertanya kepada
orang yang dianggap lebih tahu dan lebih berpengalaman mengenai isi pandangan
hidup itu atau mengenai pandangan hidup itu sendiri. Jadi dengan menghayati
pandangan hidup kita akan memperoleh mengenai kebenaran tentang pandangan hidup
itu sendiri.
Meyakini
Setelah mengetahui kebenaran dan
validitas, baik secara kemanusiaan, maupun ditinjau dari segi kemasyarakatan
maupun negara dan dari kehidupan di akherat, maka hendaknya kita meyakini
pandangan hidup yang telah kita hayati itu. Meyakini ini merupakan suatu hal
untuk cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan
hidupnya.
Mengabdi
Pengabdian merupakan sesuatu hal
yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik
oleh dirinya lebih-lebih oleh orang lain. Dengan mengabdi maka kita akan
merasakan manfaatnya. Sedangkan perwujudan manfaat mengabdi ini dapat dirasakan
oleh pribadi kita sendiri. Dan manfaat itu sendiri bisa terwujud di masa masih
hidup dan atau sesudah meninggal yaitu di alam akhirat.
Contoh studi kasus:
Dosen
di Mata Mahasiswa
Apa
yang terpikirkan dalam otak kalian setelah mendengar kata “Dosen”..?? Apakah
ada keinginan dalam hati kalian yang bercita-cita ingin menjadi seorang
dosen..?? Pertanyaan tersebut silakan dijawab sendiri-sendiri.
Mungkin
pertanyaan di atas merupakan pembukaan yang dapat mengantarkan kita pada sosok
dosen yang merupakan pengganti orangtua kita di dalam lingkungan kampus. Dosen
adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat
(Wikipedia.org).
Layaknya orangtua kita di rumah, seorang dosen selain bertugas
mengajarkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dia juga bertugas mendidik
mahasiswa. Memberikan contoh-contoh sikap yang baik dan patut untuk ditiru oleh
mahasiswanya, baik dari ucapan maupun tindakan-tindakan selama proses
pembelajaran berlangsung. Tidak hanya berlaku di dalam kelas saja, seorang
dosen pun harus dapat memberikan contoh-contoh yang baik di luar kelas. Dari
sikap dan kebiasaan yang ditampilkan seorang dosen dihadapan mahasiswa, baik
secara langung maupun tidak langsung akan memunculkan persepsi atau
pemikiran-pemikiran yang berbeda-beda mengenai dosen tersebut. Persepsi itu
dapat bernilai positif dan dapat menambah rasa senang tersendiri terhadap dosen
tersebut sehingga dapat mempermudah dalam proses pembelajaran. Pembelajaran
dapat berlangsung lancar dan dapat tercipta suasana yang menyenangkan. Tetapi,
persepsi itu juga dapat bernilai negatif dan dapat memunculkan rasa malas
terhadap dosen tersebut. Ini akan berakibat pada proses pembelajaran yang
mungkin akan terganggu. Kadang-kadang apabila seseorang sudah terlanjur malas
terhadap orang lain, maka reaksi atau respon yang diberikan tidak maksimal
bahkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ini akan berakibat pada proses
pembelajaran yaitu dari kesiapan mahasiswa dalam menerima pelajaran dapat
dinilai kurang.
Maka dari itu, pentingnya sosok dosen yang dapat membantu dalam
berlangsungnya proses pembelajaran sehingga tujuan dari pendidikan pun dapat
tercapai. Persepsi seseorang mengenai orang lain itu pasti berbeda-beda.
Begitupun dengan sosok seorang dosen di mata para mahasiswa pasti berbeda-beda
pula. Adanya pandangan mengenai pentingnya persepsi seorang mahasiswa terhadap
dosennya akan memunculkan perbedaan. Perbedaan itu muncul secara alami tanpa
adanya rekayasa. Persepsi itu dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, dan
persepsi dari masing-masing mahasiswa itu berbeda-beda. Dalam kesempatan kali
ini, berikut akan dipaparkan berbagai persepsi atau pemikiran-pemikiran dari
beberapa mahasiswa mengenai dosennya. Dalam perolehan data atau informasi yang
didapat merupakan hasil wawancara kepada beberapa mahasiswa. Ada beberapa
kriteria persepsi yang diangkat dalam kesempatan kali ini yaitu mengenai
kedisiplinan, cara atau metode mengajar, keistimewaan, cara penilaian,
penguasaana materi, dan pekerjaan sampingan dari dosen tersebut.
Dari sudut
pandang beberapa mahasiswa, persepsi mengenai kedispilinan terhadap dosennya
itu hampir semuanya mengatakan cukup bagus, terutama terkait kedisiplinan
waktu. Dalam hal ini dispilin waktu merupakan sesuatu yang sangat penting.
Bahkan ada pepatah yang mengatakan bahwa “waktu adalah uang”.Ini menunjukkan
bahwa waktu itu sangatlah berharga dan harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Hidup
bersama waktu, apabila kamu menghargai waktumu maka kamu telah menghargai
hidupmu. Tepat waktu dalam era sekarang ini mungkin masih terbilang langka,
karena masih banyak di dalam lingkungan sekitar kita yang menganggap remeh
masalah tapat waktu. Jam karet merupakan suatu istilah yang terbilang cukup
familiar di telinga kita. Apabila kita menengok sebentar ke kehidupan
masyarakat Jepang, mungkin dibandingkan dengan kita sangat jauh berbeda terkait
masalah tepat waktu. Masyarakat Jepang sangat menghargai apa itu waktu. Mereka
memang sangat pantas untuk ditiru, terutama dala hal kerja keras dan menghargai
waktu. Kembali ke topik yaitu dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan waktu dari
beberapa dosen itu berupa tepat waktu dalam memasuki kelas. Tepat waktu disini
yaitu berupa ketentuan dalam setiap kuliah datang sesuai kontrak belajar yang
telah disepakati bersama di awal kuliah. Dalam mengajar pun dapat memanfaatkan
setiap kesempatan waktu dengan maksimal. Bahkan terkadang ada dosen yang sudah
datang 5 menit sebelum jam perkuliahan di mulai.
Ada salah satu mahasiswa yang
mengatakan bahwa dalam kategori 10 orang dosen dia bisa memberikan 3:10 yang
sudah dapat dikatakan tepat waktu, dan apabila terlambat maka dosen memberitahukan
kepada ketua kelas perihal keterlambatan itu, apa yang dikatakannya dan
dilontarkan kepada forum dan disepakati bersama oleh mahasiswa akan menjadi
ketentuan yang harus dipenuhi bersama. Selain dalam wujud datang tepat waktu,
masih ada bentuk lain yang termasuk ke dalam kategori kedisiplinan yaitu untuk
soal pengumpulan tugas itu harus sesuai dengan kesepakatan yang telah
ditentukan. Namun tidak semua dosen sudah melaksanakan kedisiplinan itu dengan
baik, buktinya masih ada dosen yang sering datang telat. Mahasiswa kadang harus
menunggu cukup lama tanpa kepastian dalam menanti kedatangan dosen. Ini
merupakan suatu hal yang dapat dikatakan menyia-nyiakan waktu dari mahasiswa
sendiri. Persepsi mengenai cara atau metode dalam mengajar dosen di kelas
direspon oleh beberapa mahasiswa itu berbeda-beda.
Masing-masing memiliki
persepsi sendiri-sendiri terhadap dosennya masing-masing, bagaimanakah seorang
dosen itu dalam menyampaikan materi. Apakah terpaku pada media, apakah dengan
jalan-jalan atau hanya duduk di tempat. Setiap dosen masing-masing mempunyai
ciri khas sendiri-sendiri dan apapun cara atau metode mengajar yang digunakan
itu merupakan suatu bentuk penyesuaian diri dari seorang dosen. Salah satu
mahasiswa dari jurusan seni tari mengatakan bahwa berhubung dia di jurusan seni
tari, cara mengajar dosen dengan memberi pengarahan secara langsung saat
praktek. Dan saat kuliah teori kebanyakan hanya terpaku duduk di tempat dan
menjelaskan menggunakan LCD proyektor. Ada lagi yang mengatakan bahwa beberapa
dosen terkait cara mengajarnya itu masih terpaku pada media, jadi apabila media
tidak mendukung mungkin perkuliahan atau proses pembelajaran akan ikut
terganggu. Namun, ada juga yang sudah lebih fleksibel atau kadang ada yang
jalan-jalan.
Bahkan ada juga yang menggunakan permainan di dalam mengajar. Ada
pendapat bahwa, apabila dibanding dalam kategori 10 orang dosen maka dia
berikan perbandingan 3:10. Ada yang masih konservatif ada juga yang sudah cukup
modern, cukup bervariasi dan bisa duduk, berdiskusi, buat contoh kasus. Dari
sudut pandang mengenai keistimewaan dosen di kelas juga direspon oleh mahasiswa
itu berbeda-beda. Setiap mahasiswa memiliki kesan sendiri-sendiri terhadap
dosennya msing-masing. Kesan yang didapat tersebut mungkin didapat melalui
kejadian atau peristiwa yang menyebabkan tidak mudah untuk dilupakan begitu
saja. Ada yang merasa berkesan karena dosennya sangat profesional, apabila
mahasiswa salah tidak pernah mengingatkan mahasiswa dengan kata-kata yang
menyinggung. Mahasiswa dari jurusan seni tari sangat kagum dengan dosen pada
mata kuliah praktek cukup tegas namun efeknya sangat baik, yaitu cara mengajar
mereka yang selalu mengingatkan bahkan terkadang dengan nada yang sedikit keras
serta menjelaskan secara detail apa yang harus dilakukan dalam setiap gerak
tari. Sedangkan pada mata kuliah teori, dosen yang mengagumkan yaitu penguasaan
materi akan kuliah yang diajarkan sehingga saat ada pertanyaan yang diajukan
dosen tersebut dapat memberikan jawaban yang cukup memuaskan.
Mahasiswa dari
jurusan PKnH pun demikian, sangat terkesan terhadap dosennya karena di dalam
perkuliahan tidak saja diajarkan mengenai kuliah, namun juga diajarkan yang
lain (motivasi). Mahasiswa merasa sangat terkesan dengan dosennya karena
pengalaman yang di miliki beliau sangat banyak, pada awal semester 1 pada saat
kuliah praktek selalu di bimbing dengan penuh kesabaran. Dalam hal filosofi
Pancasila responden cukup kagum atas pengetahuan dosennya mengenai pemahaman
tentang Pancasila. Konsistensi dan kesederahanaan ini membuktikan bahwa manusia
yang memegang teguh Pancasila begitu terlihat sederhana. Pernah ada dosen yang
membuat terkesan, tetapi dengan dosen yang berbeda karena ada dasar argumentasi
yang belum disepakati saja. Persepsi mengenai cara penilaian dosen di kelas pun
direspon oleh mahasiswa itu berbeda-beda. Sistem-sistem yang diterapkan oleh
dosen terdapat kriteria-kriteria tertentu yang harus ditempuh oleh setiap
mahasiswa. Standar penilaian setiap dosen itu berbeda-beda. Sebagian dosen
sangat menghargai proses belajar dan progress setiap perkuliahan berlangsung.
Yang terkesan masih kurang yaitu penilaian beberapa dosen yang menitik beratkan
pada ujian akhir semester saja. Dan beberapa dosen teori melakukan model
penilaian semacam itu. Rata-rata dosen menggunakan standar penialain yang
meliputi presensi kehadiran, keaktifan di kelas, tugas individu dan kelompok,
UTS dan UAS. Penilaian dapat secara objektif, kehadiran 15%, tugas 10%, UTS
30%, UAS 40%. Mungkin 5% berupa penilaian subjektifitas dengan melihat perilaku
seorang mahasiswa dalam ruang kuliah.
Dari persepsi beberapa mahasiswa mengenai
penguasaan materi dari dosen di kelas direspon oleh mahasiswa itu hampir sama,
yaitu rata-rata dosennya itu sudah dapat dikatakan telah menguasai materi yang
akan diajarkannya. Tetapi masih ada beberapa dosen yang tidak menguasai materi
yang diajarkan. Bahkan ada dosen yang saat di kelas tidak menjelaskan materi
yang seharusnya disampaikan, ini justru malah cerita kesana-kemari tidak jelas.
Apabila dibandingkan 10 orang dosen dibuat perbandingannya 7:10, dimana 7 orang
telah menguasai materi dan sisanya belum. Persepsi mengenai pekerjaan sampingan
dari dosen selain mengajar di kelas direspon oleh mahasiswa itu berbeda-beda.
Ada beberapa dosen memiliki usaha sampingan. Ada yang berprofesi sebagai
seorang konselor (mahasiswa BK), beberapa memiliki usaha di bidang rias
pengantin (mahasiswa seni tari), ada beberapa dosen yang menjadi penasihat
hukum dan banyak pula yang menjadi penulis (mahasiswa PKnH). Dan dari mahasiswa
hukum, dari 10 dosen sekitar 7 dosen yang menjadi praktisi hukum. Dosen pun
ternyata cukup hebat di luar sana selain menyandang profesi sebagai dosen. Dari
hasil persepsi beberapa mahasiswa yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik
garis besarnya yaitu persepsi setiap mahasiswa terhadap dosennya itu tidak
sama, semuanya berbeda-beda memiliki pandangan sendiri-sendiri.
Pandangan
tersebut dapat berupa pandangan yang positif yang akan membangun semangat untuk
belajar. Ada juga yang negatif, yang dapat menghambat proses pembelajaran di
kampus. Dosen itu juga manusia biasa yang pasti mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Dibalik semua itu, mereka tetap berusaha untuk tetap profesional
dalam menjalankan kewajibannya mentransfer ilmu yang dimilikinya dan mendidik
mahasiswa yang merupakan agen perubahan sehingga tujuan pembelajaran pun dapat
tercapai dan generasi penerus bangsa siap untuk menghadapi dunia menuju
Indonesia yang lebih baik.
sumber:
Opini:
Pandangan
hidup manusia memang berbeda beda antara satu dengan yang lainnya. Dari cotoh
studi kasus diatas mengenai dosen di mata mahasiswa, dari sikap dan kebiasaan
yang ditampilkan seorang dosen dihadapan mahasiswa, baik secara langung maupun
tidak langsung akan memunculkan persepsi atau pemikiran-pemikiran yang
berbeda-beda mengenai dosen tersebut. Persepsi itu dapat bernilai positif dan
dapat menambah rasa senang tersendiri terhadap dosen tersebut sehingga dapat
mempermudah dalam proses pembelajaran. Tetapi, persepsi itu juga dapat bernilai negatif
dan dapat memunculkan rasa malas terhadap dosen tersebut. Ini akan berakibat
pada proses pembelajaran yang mungkin akan terganggu.
Referensi:
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus